SENJA sore lamat-lamat mulai menghilang dan berganti
petang. Tak lama kemudian, adzan Maghrib berkumandang dari sebuah
Masjid di wilayah perumahan Semolowaru Elok Surabaya.
Beberapa jamaah di sekitar masjid mulai berbondong-bondong datang
guna menunaikan shalat jamaah, termasuk seorang warga sebut saja namanya
Sholeh.
“Sudah menjadi rutinitas warga Muslim di sini, menunaikan ibadah shalat Magrib secara berjama’ah,” katanya pada hidayatullah.com hari itu.
Menurut salah satu jama’ah yang rumahnya berada di Blok R, tepat di
sebelah selatan masjid ini, tak kurang dari 3 hingga 4 shaf jama’ah
yang menunaikan sholat Magrib di masjid tersebut saban harinya.
Umumnya, jamaah shalat berasal dari warga muslim sekitar perumahan.
Meski tak sedikit pula dari warga luar yang singgah sejenak untuk ikut
melaksanakan shalat.
2 Juta dapat Kijang Inova
Usahai shalat, perlahan-lahan jamaah mulai hilang satu-demi satu.
Masjid mulai sepi kembali. Sementara Sholeh mengajak hidayatullah.com
mampir ke rumahnya yang berada tak jauh dari masjid.
Di sebuah ruang mini berukuran 6×3 meter yang merupakan serambi
rumahnya, Sholeh menceritakan perjalanan hidupnya yang dinilai selalu
ada keajaiban.
Ia mengawali kisah hidup dan usahanya, Meski ia telah memiliki sebuah
usaha percetakan, ia mengaku istrinya tetap bekerja luar rumah, di
sebuah perkantoran.
“Saya kasihan dengan istri saya, dulu di saat istri saya masih
bekerja. Jarak kantor istri dengan rumah kami tinggal lumayan cukup
jauh, “ ujar Sholeh.
Dengan berbekal dengan motor istrinya menempuh perjalanan cukup
melelahkan, melawan terik mentari yang menyengat kulit. Bahkan
menurutnya, tak jarang istrinya kehujanan, ujar pria yang kini memiliki
dua orang anak ini.
Berawal dari situlah ia berkeinginan untuk bisa membelikan istrinya
sebuah mobil, meski ia tahu bahwa dirinya belum mampu, karena kondisi
keuangan masih sangat pas-pasan.
Untuk mengawali keinginannya, satu-satunya cara adalah menjual salah
satu motornya. Dengan niat akan ia gunakan sebagai tambahan DP (Dawn Payment), untuk membeli mobil.
Belum sempat motornya laku dijual, tiba-tiba ada seorang karyawan di
usaha percetakannya tertarik ingin membelinya, sebut saja namanya Ramli.
Ramli pun menyatakan keinginannya untuk membeli motor itu.
“Berapa uang yang kamu punya?” tanya Sholeh kepada Ramli.
“Cuma 2 juta aja pak, ini juga sebetulnya tabungan saya untuk
persiapan biaya kelahiran istri saya. Tapi gimana lagi, saya juga butuh
motor untuk transportasi,” jawab Ramli.
Mendengar hal itu, istri Sholeh menyuruhnya memberikan motor tersebut
kepada Ramli secara cuma-cuma. Alasan sang istri, Ramli sudah lama
bekerja bersama suaminya.
“Inilah salah satu balas budi kita,” ujar sang istri kepada Sholeh.
Namun, rupanya Sholeh punya pemikiran yang berbeda. Bukannya ia tak mau memberikan motor itu secara gratis kepada Ramli.
Tapi ia ingin mengajarkan Ramli tentang usaha keras tatkala kita
ingin memiliki sesuatu. Bukan hanya mengandalkan pemberian orang lain.
Sholeh pun menerima akhirnya menerima uang 2 juta dari Ramli sebagai DP.
“Kekurangannya bisa dicicil saja,” demikian kata Sholeh pada Ramli.
Setelah transaksi dilakukan, motor diserahkan kepada Ramli. Dan uang 2
juta dari Ramli disimpan Sholeh dan tidak digunakan sama sekali. Namun
ia punya keingina, suatu saat nanti, uang itu akan ia kembalikan lagi
pada Ramli.
Rupanya selang beberapa hari setelah transaksi, istri Ramli yang
tengah hamil tua melahirkan. Ramli pun kembali menghadap Sholeh untuk
meminjam uang guna membayar semua biaya persalinan istrinya.
Sholeh memberikan pinjaman kepada Ramli sebesar 2 juta (uang DP motor dari Ramli yang masih ia simpan beberapa hari yang lalu).
Beberapa hari kemudian, ternyata Ramli sudah bisa mengembalikan uang 2
juta itu. Namun saat Ramli mengembalikan uang itu, Sholeh
mengembalikan uangnya.
“Pakai saja uang itu untuk kebutuhan istri dan anakmu yang baru
lahir, kamu tidak usah lagi melunasi kekurangannya. Motornya pun juga
sudah jadi milikmu,” kata Sholeh pada Ramli.
Usai memberikan uang 2 juta kepada Ramli, praktis Sholeh tak memiliki
uang sebagai DP membeli mobil, sebagaimana yang selama ini ia
bayangkan. Meski demikian, ada kegembiraan dalam hatinya telalah
menolong dan memudahkan seseorang, apalagi itu karyawannya sendiri.
Untung tak bisa diraih, malang tak bisa ditolak. Belum sempat ia berfikir jaug, tiba-tiba Allah mengirim seseorang ke rumahnya.
Seseorang itu, tiba-tiba 5 order percetakan dengan nilai cukup besar.
“Subhanallah, 5 orderan itu senilai satu unit mobil yang saya
impikan. Bahkan ada kelebihan yang bisa saya tabung,” kata Sholeh dengan
mata berbinar kepada hidayatullah.com.
“Inilah The Miracle of Allah (keajaiban hanya milik
Allah,red) yang benar-benar nyata menghampiriku. Disaat saya butuh dan
ingin sekali membeli mobil untuk istri saya, Allah pun mengabulkannya.
Ini tak lepas juga dari doa yang terus saya panjatkan setiap usai shalat
baik fardhu maupun sunnah,” ujarnya.
Sholeh-pun percaya, keajaiban selalu mampir dan bersama orang-orang yang selalu berbuat baik dan kebajikan.*/Kisah ini diceritakan langsung oleh Sholeh pada Achmad Fazeri, koresponden hidayatullah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar